Kuliner Solo yang Legendaris dan Terpilih..:*
REP | 16 March 2011 | 09:20 Dibaca: 2495 Komentar: 64 2 dari 4 Kompasianer menilai aktual
Apakah Anda pernah berkunjung ke Solo? Atau malah
tinggal di Solo? Barangkali sudah bukan rahasia, bahwa Solo adalah surga
bagi penggemar wisata kuliner. Selain rasanya enak-enak, ciri khas
kuliner Solo adalah harganya yang murah meriah, dijamin gak bikin
kantong bolong.
Kalau Anda suka jalan malam hari, warung-warung hik yang tersebar di seluruh penjuru Solo Raya pantas dicoba. Menunya yang adalah nasi kucing dan wedang jahe. Di Jogja, warung hik ini biasa disebut dengan angkringan. Rata-rata harganya benar-benar murah, bagi yang berkantong tebal, untuk menikmati sajian di warung hik ini hanya butuh uang recehan.
Misalnya sebungkus nasi kucing yang terdiri dari nasi, sambal dan sejumput bandeng atau teri, hanya seharga Rp 1.000. Kalau di warung hik yang agak keren, harganya sekitar Rp 3.000 per bungkus, karena nasinya dari jenis beras yang bagus, demikian pula bandeng atau terinya pakai jenis yang mahal. Sementara segelas wedang jahe, masing-masinh hanya butuh ditebus dengan uang Rp 1.500-an. Kalo dimodifikasi menjadi jahe kopi atau susu jahe tinggal nambah lagi Rp 1.500. Sangat jauh kan kesenjangannya dengan secangkir kopi Starbuck? Heheheh :D
Masih di malam hari, hampir semua kuliner khas Solo disajikan di pusat kuliner Gladak Langenbogan, letaknya di kawasan Gladak. Ratusan pedagang difasilitasi gerobak dan kostum dengan model dan warna yang seragam. Sebenarnya dulu kondisinya rapi sekali. Sayang akhir-akhir ini terlihat agak kumuh. Seragam sudah tidak lagi dipakai. Dan kebersihannya kurang diperhatikan.
Sementara di siang hari, kita bisa menemui sejumlah warung bakso yang semuanya enak, setidaknya bila dibandingkan dengan bakso-bakso di Jawa Timur. Ada bakso Kadipolo, Bakso Rusuk Palur, Bakso Alex, dan lain sebagainya. Pada satu sisi ada sejumlah “warung legendaris dan terpilih” yang bikin kangen dan ingin kembali ke Solo. Warung-warung itu adalah:
* Tengkleng Bu Edi
Hanya warung kecil yang letaknya di gapura Pasar Klewer. Pedagang membawa satu panci super besar tengkleng yang merupakan sejenis masakan kambing kuah yang lebih encer dibanding gulai. Satu porsinya Rp 15.000, disajikan dengan nasi dan tempat dari mangkuk. Kalau mau tambah menu otak kambing, tambah Rp 10.000. Tempatnya sempit, sehingga pembeli kadang harus rela antre agar bisa menikmati tengkleng yang super enak ini, dengan cara duduk berjajar-jajar di bangku panjang. Kesannya agak kumuh sih memang, jadi kalau Anda tidak sampai hati makan di warung ini bisa meluncur ke cabangnya, di Pusat Oleh-Oleh Jongke, dan yang paling nyaman di Restoran Kopitiam Oey di Jl Perintis Kemerdekaan Solo (tentu dengan harga yang lebih mahal untuk membayar nilai lebihnya). Konon, tengkleng ini banyak dipesan dan terbang ke seluruh penjuru Tanah Air. Dan pemilik warung ini, Ibu Edi yang tinggal di Pasar Kliwon, Solo, kini hidup sejahtera. Petak demi petak tanah di sekitar tempat tinggalnya dibeli, memiliki banyak mobil dengan hanya mengandalkan usaha tengklengnya.
*Soto Triwindu
Letaknya dulu di kompleks Pasar Antik Triwindu. Dari Jl Teuku Umar, masuk gang sebelah Balai Muhammadiyah. Tapi karena Pasar Antik direvitalisasiwarung sotonya ikut pindah di sebelah utara Balai Muhammadiyah.
Rasa sotonya sangat khas. Nggak seperti soto asli Solo yang bening, Soto Triwindu yang sudah ada di jaman perang kemerdekaan ini agak keruh kecoklatan, sebagai tanda sarat akan rempah-rempah. Dagingnya banyak, empuuuuk. Sebelum menyantap, kalau saya biasanya soto saya kasih peresan jeruk nipis dulu biar agak kecut, dan dikasih sambal yang banyak. Warungnya bersih, dan banyak lauk sampingan seperti daging empal, jerohan sapi goreng, tempe dan berbagai jenis kerupuk buat temen makan soto. Harga satu porsi soto saja Rp 9.000.
* Sate Lojiwetan
Sebenarnya untuk sate ada dua warung yang legendaris, yaitu Sate Tambaksegaran dan Sate Pak Bejo. Namun kali ini saya pilih Sate Pak Bejo. Letaknya di kampung Lojiwetan, Solo. Yang tidak alergi sama kambing, sate buntel atau sate yang standar di warung Pak Bejo ini pantas dicoba. Kelebihan di warung ini, aroma “prengus” hilang. Dagingnya empuk, terutama yang buntel, karena dagingnya digiling dulu, baru dibakar. Warungnya ada dua, pusatnya di Loji Wetan, Gladak ke timur atau cabagnya di sebelah timur Pura Mangkunegaran Solo.
Bisa beli sate buntel aja, sate standar aja, atau kalau saya pilih campuran, buntel dan standar.
Yang paling seneng, karena masaknya GPL alias gak pake lama! Harganya relatif tidak mahal, belasan ribu rupiah per porsi. Maaf agak lupa pasnya, sebab saya lama tidak ke sana. Yang jelas belum lama ini untuk tiga porsi sate plus krupuk dan minuman, gak nyampe Rp 60.000. Kalo bosan sama sate, bisa ganti menu gulai atau tongseng, sama enaknya! Tapi hati-hati… selain kabarnya gak bagus buat penderita hipertensi, konon kambing bisa meningkatkan libido! Jadi waspadalah! Waspadalah!
*Rawon Penjara
Sebenarnya namanya Warung Rawon Bu Dar. Namun lebih terkenal sebagai Rawon Penjara karena tempatnya di gang samping kiri Rumah Tahanan Kelas I Solo. Seperti rawon pada umumnya biasanya disajikan dengan nasi, kuahnya coklat kental. Ada potongan-potongan dagingnya. Biasanya dimakan dengan kecambah mentah dan sambal terasi. Saya juga tidak tahu harga pasnya. Tapi tempo hari kami makan bertiga, dengan minum dan kerupuk, membayar kurang dari Rp 40.000.
Selamat mencoba…
Kalau Anda suka jalan malam hari, warung-warung hik yang tersebar di seluruh penjuru Solo Raya pantas dicoba. Menunya yang adalah nasi kucing dan wedang jahe. Di Jogja, warung hik ini biasa disebut dengan angkringan. Rata-rata harganya benar-benar murah, bagi yang berkantong tebal, untuk menikmati sajian di warung hik ini hanya butuh uang recehan.
Misalnya sebungkus nasi kucing yang terdiri dari nasi, sambal dan sejumput bandeng atau teri, hanya seharga Rp 1.000. Kalau di warung hik yang agak keren, harganya sekitar Rp 3.000 per bungkus, karena nasinya dari jenis beras yang bagus, demikian pula bandeng atau terinya pakai jenis yang mahal. Sementara segelas wedang jahe, masing-masinh hanya butuh ditebus dengan uang Rp 1.500-an. Kalo dimodifikasi menjadi jahe kopi atau susu jahe tinggal nambah lagi Rp 1.500. Sangat jauh kan kesenjangannya dengan secangkir kopi Starbuck? Heheheh :D
Masih di malam hari, hampir semua kuliner khas Solo disajikan di pusat kuliner Gladak Langenbogan, letaknya di kawasan Gladak. Ratusan pedagang difasilitasi gerobak dan kostum dengan model dan warna yang seragam. Sebenarnya dulu kondisinya rapi sekali. Sayang akhir-akhir ini terlihat agak kumuh. Seragam sudah tidak lagi dipakai. Dan kebersihannya kurang diperhatikan.
Sementara di siang hari, kita bisa menemui sejumlah warung bakso yang semuanya enak, setidaknya bila dibandingkan dengan bakso-bakso di Jawa Timur. Ada bakso Kadipolo, Bakso Rusuk Palur, Bakso Alex, dan lain sebagainya. Pada satu sisi ada sejumlah “warung legendaris dan terpilih” yang bikin kangen dan ingin kembali ke Solo. Warung-warung itu adalah:
* Tengkleng Bu Edi
Hanya warung kecil yang letaknya di gapura Pasar Klewer. Pedagang membawa satu panci super besar tengkleng yang merupakan sejenis masakan kambing kuah yang lebih encer dibanding gulai. Satu porsinya Rp 15.000, disajikan dengan nasi dan tempat dari mangkuk. Kalau mau tambah menu otak kambing, tambah Rp 10.000. Tempatnya sempit, sehingga pembeli kadang harus rela antre agar bisa menikmati tengkleng yang super enak ini, dengan cara duduk berjajar-jajar di bangku panjang. Kesannya agak kumuh sih memang, jadi kalau Anda tidak sampai hati makan di warung ini bisa meluncur ke cabangnya, di Pusat Oleh-Oleh Jongke, dan yang paling nyaman di Restoran Kopitiam Oey di Jl Perintis Kemerdekaan Solo (tentu dengan harga yang lebih mahal untuk membayar nilai lebihnya). Konon, tengkleng ini banyak dipesan dan terbang ke seluruh penjuru Tanah Air. Dan pemilik warung ini, Ibu Edi yang tinggal di Pasar Kliwon, Solo, kini hidup sejahtera. Petak demi petak tanah di sekitar tempat tinggalnya dibeli, memiliki banyak mobil dengan hanya mengandalkan usaha tengklengnya.
*Soto Triwindu
Letaknya dulu di kompleks Pasar Antik Triwindu. Dari Jl Teuku Umar, masuk gang sebelah Balai Muhammadiyah. Tapi karena Pasar Antik direvitalisasiwarung sotonya ikut pindah di sebelah utara Balai Muhammadiyah.
Rasa sotonya sangat khas. Nggak seperti soto asli Solo yang bening, Soto Triwindu yang sudah ada di jaman perang kemerdekaan ini agak keruh kecoklatan, sebagai tanda sarat akan rempah-rempah. Dagingnya banyak, empuuuuk. Sebelum menyantap, kalau saya biasanya soto saya kasih peresan jeruk nipis dulu biar agak kecut, dan dikasih sambal yang banyak. Warungnya bersih, dan banyak lauk sampingan seperti daging empal, jerohan sapi goreng, tempe dan berbagai jenis kerupuk buat temen makan soto. Harga satu porsi soto saja Rp 9.000.
* Sate Lojiwetan
Sebenarnya untuk sate ada dua warung yang legendaris, yaitu Sate Tambaksegaran dan Sate Pak Bejo. Namun kali ini saya pilih Sate Pak Bejo. Letaknya di kampung Lojiwetan, Solo. Yang tidak alergi sama kambing, sate buntel atau sate yang standar di warung Pak Bejo ini pantas dicoba. Kelebihan di warung ini, aroma “prengus” hilang. Dagingnya empuk, terutama yang buntel, karena dagingnya digiling dulu, baru dibakar. Warungnya ada dua, pusatnya di Loji Wetan, Gladak ke timur atau cabagnya di sebelah timur Pura Mangkunegaran Solo.
Bisa beli sate buntel aja, sate standar aja, atau kalau saya pilih campuran, buntel dan standar.
Yang paling seneng, karena masaknya GPL alias gak pake lama! Harganya relatif tidak mahal, belasan ribu rupiah per porsi. Maaf agak lupa pasnya, sebab saya lama tidak ke sana. Yang jelas belum lama ini untuk tiga porsi sate plus krupuk dan minuman, gak nyampe Rp 60.000. Kalo bosan sama sate, bisa ganti menu gulai atau tongseng, sama enaknya! Tapi hati-hati… selain kabarnya gak bagus buat penderita hipertensi, konon kambing bisa meningkatkan libido! Jadi waspadalah! Waspadalah!
*Rawon Penjara
Sebenarnya namanya Warung Rawon Bu Dar. Namun lebih terkenal sebagai Rawon Penjara karena tempatnya di gang samping kiri Rumah Tahanan Kelas I Solo. Seperti rawon pada umumnya biasanya disajikan dengan nasi, kuahnya coklat kental. Ada potongan-potongan dagingnya. Biasanya dimakan dengan kecambah mentah dan sambal terasi. Saya juga tidak tahu harga pasnya. Tapi tempo hari kami makan bertiga, dengan minum dan kerupuk, membayar kurang dari Rp 40.000.
Selamat mencoba…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar